Oleh
: Ardi yardan
”Kemandaran
merupakan asset berharga yang harus dijaga sehingga kita memiliki peranan penting untuk mengenal keturunan, budaya dan
daerah kita sendiri”
Asal mula laliko
Laliko
berarti topole dimosso, tetapi tidak
ada yang mengatahui asal mula kapan kata laliko dugunakan pertama kali. Laliko
merupakan sebuah dusun yang terletak didesa kenje. Tepatnya sekitar 2 kilometer
sebelah kiri pada perbatasan kenje dan lapeo dari arah majene ke polewali.
Nenek
moyang orang laliko berasal dari mosso. Pada waktu itu salah satu pappuangan
mosso pindah kelaliko bersama istrinya karena pengaruh dari budaya mosso yang
memberatkannya. Menurut nenek husnia yaitu salah satu keturunan laliko yang
saat ini berumur 80 tahun lebih mengatakan bahwa pappuangan mosso (nenek moyang
laliko) sebulum pindah kelaliko sedang mengalami kemiskinan dan ada serta
budaya mosso membebani mereka pada saat itu.
Untuk
melaksanakan sebuah acara sunnat dimosso mengharuskan menyembelih hewan tedong
cemara (kerbau cemara). Kemungkinan adat dan budaya yang seperti ini
memberatkan pappuangan mosso sehingga pindah kelaliko. Jika dilaliko, walaupun
menggunakan hewan kambing dapat melaksanakan upacara sunnat tersebut.
Pappuangan
mosso yang pindah kelaliko tidak membawa semua adat-adat dan budaya yang berada
dimosso. Namun, laliko memiliki adat istiadat dan kebudayaan tersendiri
sehingga secara perlahan mosso pun hilang dan berganti menjadi tolaliko. Tidak
semua keturunan laliko menyadari bahwa nenek moyang laliko berasal dari mosso.
Tetapi setiap orang yang merasa keturunan asli laliko selalu merasa bangga akan
hal tersebut, entah apa alasannya.
Keturunan
asli laliko disebut dengan tallo’
maririnna laliko sedangkan keturunan laliko yang menikah atau berkeluarga dengan
orang yang diluar keturunan disebut sebagai mittambeng
dilaliko. Tallo’ maririnna laliko
merupakan keturunan asli dari pappuangan mosso asli sehingga keturunan ini juga
biasa disebut sebagai mosso ressu’.
Nenek-nenek laliko terdahulu selalu menjaga garis keturunan laliko dengan baik
sehingga sampai saat ini apabila mencari calon istri atau suami akan selalu
mencari dari keluarga laliko itu sendiri.
Banyak
dari keturunan laliko menikah dengan garis keturunan laliko. Pesan nenek
terdahulu sampai sekarang selalu turun temurun untuk menjaga garis keturunan
ini sehingga sering terjadi siala boyang
pissang dan siala boyang penda’dua.
Hal ini dibuktikan dengan nenek husnia
sendiri yang menikah dengan sepupu satu kalinya dan bahkan orang tua saya pun
seperti itu. Bapak dan Ibu saya merupakan sepupu satu kali, mereka menikah
berdasarkan pada perjodohan dan inilah yang disebut sebagai siala boyang pissang.
Laliko ada 2
Laliko
ada dua disebabkan oleh keturunan laliko yang menyebar dibeberapa tempat
dimandar dan bahkan luar daerah mandar seperti luyo, tinambung, pambusuang,
campalagian, polewali, mamuju dan lain-lain. Dari penyebaran keturunan inilah
sehingga laliko dikenal memiliki 2 tempat karena adanya keturunan yang
membangun sebuah desa dan memberi nama laliko pada tempat tersebut. Laliko yang
sebenarnya adalah yang berada didesa kenje sedangkan laliko yang kedua adalah
laliko yang berada di sebelah desa kappung buttu. Laliko kedua terbentuk karena
adanya keturunan laliko yang pindah kedesa kappung buttu dan membangun sebuah
kampung yang namanya sama dengan kappung laliko.
Banyaknya
keturunan laliko yang menyebar diseluruh daerah ini sehingga sering dikatakan
laliko lebih besar dari lapeo. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang menetap
dilaliko, jumlahnya lebih sedikit dibanding lapeo. Laliko dikatakan lebih besar
dari pada lapeo karena banyaknya keturunan-keturunan laliko yang menyebar di
berbagai tempat ditanah mandar.
Ku’bur kayyang dilaiko
Sebuah
situs sejarah yang berada di laliko tersebut merupakan sebuah bukti bahwa
laliko memiliki hubungan dengan pitu
ulunna salu dan pitu ba’bana binanga. Situs tersebut berupa makam dipuncak
gunung yang terletak di sebelah kanan jalan laliko arah suruang. Ku’bur kayyang bukan berarti bahwa makam atau
kuburan tersebut sangat luas sehingga dikatakan kayyang (besar). Ini yang tidak
diketahui oleh masyarakat desa lain apabila melintas dilaliko dan melihat tulisan ku’bur kayyang tersebut.
Ku’bur
kayyang berarti kuburan besar. Maksudnya ialah orang-orang yang dikubur pada kuburan
tersebut merupakan orang-orang besar (tokayyang) atau keturunan bangsawan
(mara’dia). Tokayyang yang di ku’bur kayyang diantaranya Mara’dia tammengundur,
Pappuangan mosso, Pappuangan luyo dan Pappuagan lemo susu. Inilah yang menjadi
tanda tanya besar, mengapa tokayyang-tokayyang tesebut dikubur dilaliko.
Setiap
tahunnya banyak keturunan –keturunan dari tokayyang tersebut berkunjung
kelaliko dan berziarah keku’bur kayyang. Pernah salah seorang keturunan
pappuangan lemo susu bercerita jika beliau bermimpi didatangi nenek moyangnya
dan diperintahkan untuk berziarah ke makam saudaranya. Didalam mimpi itu nenek
moyangnya menyebutkan jika kuburan saudaranya tersebut berada disebuah tempat
kecil digunung dekat desa lapeo.
Budaya
Ditanah
mandar sangat erat dengan nilai-nilai lokalitas yang masih dipertahankan sampai
saat ini. Dilaliko ada beberapa budaya yang dilaksanakan setiap tahunnya
seperti maulid nabi, ma’baca-baca ditumbu’(sumber air dilaliko), berziarah
kelaut, ziarah kubur dan lain-lain.

Merkur Gold Strike Safety Razor - FEBCASINO
BalasHapusMerkur's Gold Strike Safety Razor, https://febcasino.com/review/merit-casino/ Merkur https://septcasino.com/review/merit-casino/ Platinum febcasino.com Edge Plated Finish, German, Gold-Plated, Satin Chrome poormansguidetocasinogambling.com Finish. Merkur has a more aggressive looking, kadangpintar
yaya..
BalasHapus