Powered By Blogger

Minggu, 26 April 2015

Laliko Di Tanah Mandar




Oleh : Ardi yardan


”Kemandaran merupakan asset berharga yang harus dijaga sehingga kita memiliki peranan  penting untuk mengenal keturunan, budaya dan daerah kita sendiri”

Asal mula laliko
Laliko berarti topole dimosso, tetapi tidak ada yang mengatahui asal mula kapan kata laliko dugunakan pertama kali. Laliko merupakan sebuah dusun yang terletak didesa kenje. Tepatnya sekitar 2 kilometer sebelah kiri pada perbatasan kenje dan lapeo dari arah majene ke polewali.
Nenek moyang orang laliko berasal dari mosso. Pada waktu itu salah satu pappuangan mosso pindah kelaliko bersama istrinya karena pengaruh dari budaya mosso yang memberatkannya. Menurut nenek husnia yaitu salah satu keturunan laliko yang saat ini berumur 80 tahun lebih mengatakan bahwa pappuangan mosso (nenek moyang laliko) sebulum pindah kelaliko sedang mengalami kemiskinan dan ada serta budaya mosso membebani mereka pada saat itu.
Untuk melaksanakan sebuah acara sunnat dimosso mengharuskan menyembelih hewan tedong cemara (kerbau cemara). Kemungkinan adat dan budaya yang seperti ini memberatkan pappuangan mosso sehingga pindah kelaliko. Jika dilaliko, walaupun menggunakan hewan kambing dapat melaksanakan upacara sunnat tersebut.
Pappuangan mosso yang pindah kelaliko tidak membawa semua adat-adat dan budaya yang berada dimosso. Namun, laliko memiliki adat istiadat dan kebudayaan tersendiri sehingga secara perlahan mosso pun hilang dan berganti menjadi tolaliko. Tidak semua keturunan laliko menyadari bahwa nenek moyang laliko berasal dari mosso. Tetapi setiap orang yang merasa keturunan asli laliko selalu merasa bangga akan hal tersebut, entah apa alasannya.
Keturunan asli laliko disebut dengan tallo’ maririnna laliko sedangkan keturunan laliko yang menikah atau berkeluarga dengan orang yang diluar keturunan disebut sebagai mittambeng dilaliko. Tallo’ maririnna laliko merupakan keturunan asli dari pappuangan mosso asli sehingga keturunan ini juga biasa disebut sebagai mosso ressu’. Nenek-nenek laliko terdahulu selalu menjaga garis keturunan laliko dengan baik sehingga sampai saat ini apabila mencari calon istri atau suami akan selalu mencari dari keluarga laliko itu sendiri.
Banyak dari keturunan laliko menikah dengan garis keturunan laliko. Pesan nenek terdahulu sampai sekarang selalu turun temurun untuk menjaga garis keturunan ini sehingga sering terjadi siala boyang pissang dan siala boyang penda’dua. Hal ini dibuktikan  dengan nenek husnia sendiri yang  menikah dengan sepupu  satu kalinya dan bahkan orang tua saya pun seperti itu. Bapak dan Ibu saya merupakan sepupu satu kali, mereka menikah berdasarkan pada perjodohan dan inilah yang disebut sebagai siala boyang pissang.
Laliko ada 2
Laliko ada dua disebabkan oleh keturunan laliko yang menyebar dibeberapa tempat dimandar dan bahkan luar daerah mandar seperti luyo, tinambung, pambusuang, campalagian, polewali, mamuju dan lain-lain. Dari penyebaran keturunan inilah sehingga laliko dikenal memiliki 2 tempat karena adanya keturunan yang membangun sebuah desa dan memberi nama laliko pada tempat tersebut. Laliko yang sebenarnya adalah yang berada didesa kenje sedangkan laliko yang kedua adalah laliko yang berada di sebelah desa kappung buttu. Laliko kedua terbentuk karena adanya keturunan laliko yang pindah kedesa kappung buttu dan membangun sebuah kampung yang namanya sama dengan kappung laliko.
Banyaknya keturunan laliko yang menyebar diseluruh daerah ini sehingga sering dikatakan laliko lebih besar dari lapeo. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang menetap dilaliko, jumlahnya lebih sedikit dibanding lapeo. Laliko dikatakan lebih besar dari pada lapeo karena banyaknya keturunan-keturunan laliko yang menyebar di berbagai tempat ditanah mandar. 
Ku’bur kayyang dilaiko
Sebuah situs sejarah yang berada di laliko tersebut merupakan sebuah bukti bahwa laliko memiliki hubungan dengan pitu ulunna salu dan pitu ba’bana binanga. Situs tersebut berupa makam dipuncak gunung yang terletak di sebelah kanan jalan laliko arah suruang.  Ku’bur kayyang bukan berarti bahwa makam atau kuburan tersebut sangat luas sehingga dikatakan kayyang (besar). Ini yang tidak diketahui oleh masyarakat desa lain apabila melintas dilaliko dan  melihat tulisan ku’bur kayyang tersebut.
Ku’bur kayyang berarti kuburan besar. Maksudnya ialah orang-orang yang dikubur pada kuburan tersebut merupakan orang-orang besar (tokayyang) atau keturunan bangsawan (mara’dia). Tokayyang yang di ku’bur kayyang diantaranya Mara’dia tammengundur, Pappuangan mosso, Pappuangan luyo dan Pappuagan lemo susu. Inilah yang menjadi tanda tanya besar, mengapa tokayyang-tokayyang tesebut dikubur dilaliko.
Setiap tahunnya banyak keturunan –keturunan dari tokayyang tersebut berkunjung kelaliko dan berziarah keku’bur kayyang. Pernah salah seorang keturunan pappuangan lemo susu bercerita jika beliau bermimpi didatangi nenek moyangnya dan diperintahkan untuk berziarah ke makam saudaranya. Didalam mimpi itu nenek moyangnya menyebutkan jika kuburan saudaranya tersebut berada disebuah tempat kecil digunung dekat desa lapeo.
Budaya
            Ditanah mandar sangat erat dengan nilai-nilai lokalitas yang masih dipertahankan sampai saat ini. Dilaliko ada beberapa budaya yang dilaksanakan setiap tahunnya seperti maulid nabi, ma’baca-baca ditumbu’(sumber air dilaliko), berziarah kelaut, ziarah kubur dan lain-lain.


2 komentar:

  1. Merkur Gold Strike Safety Razor - FEBCASINO
    Merkur's Gold Strike Safety Razor, https://febcasino.com/review/merit-casino/ Merkur https://septcasino.com/review/merit-casino/ Platinum febcasino.com Edge Plated Finish, German, Gold-Plated, Satin Chrome poormansguidetocasinogambling.com Finish. Merkur has a more aggressive looking, kadangpintar

    BalasHapus